Sabtu, 04 Januari 2014

Inti dari Bab 5 Bhagavad Gita/Keagungan Bhagavad Gita Bab 5 dalam Padma Purana.



Dalam bab 5 (lima) Bhagavad Gita akan dijelaskan tentang keagungan Bhagavad Gita dalam Padma Purana karena dengan dijelaskan kembali disini kita akan mengerti apa sebenarnya intisari yang akan kita baca pada sloka pada bab 5 Bhagavad Gita. Dalam bab lima ini kita akan disuguhkan 29 bab yang akan membawa kita kea rah pencerahan. Sri Visnu berkata “ Kini Aku akan menceritakan padamu keagungan tak terbatas dari bab ke-lima Bhagavad-gita. Dengarkanlah baik-baik”.
            Di negara bagian Madra terdapat sebuah kota bernama Puru Kutsapura. Di sana tinggallah seorang Brahmana bernama Pinggala. Semasa kecilnya ia diajarakan berbagai aktivitas ke-brahmana-an serta belajar banyak tentang Veda, namun saat itu ia tidaklah tertarik dengan apa yang diajarkan tersebut.
            Ketika beranjak remaja ia menghentikan semua kegiatan suci tersebut, berganti latihan memainkan alat music, bernyanyi dan menari. Karena ia senang dan tekun dengan kegiatan barunya ini akhirnya menjadi orang yang sangat terkenal di bidang seni music, tari dan menyanyi, sehingga raja pun mengundangnya untuk tinggal di istana. Karena kehidupan istana ia menjadi banyak sekali melakukan perbuatan dosa. Ia juga mempunyai seorang istri bernama Aruna, karena suami berbuat dosa istrinya pun berbuat dosa pula. Aruan membunuh Pinggala suaminya dan memenggal kepalanya lalu menguburkanya di taman. Setelah mati Pinggala mendapatkan penderitaan di neraka dalam waktu yang lama, setelah terlahir kembali mendapatkan badan seekor burung pemakan bangkai.
            Istri Pinggala yang suka bermain lelaki akhirnya terkena penyakit dan mengalami kematian. Setelah mendapatkan penderitaan juga di neraka ia terlahir kembali dan mendapat badan burung beo betina.  Mereka saling bertemu di Mayapada dan burung pemakan bangkai membunuh burung beo karena tahu itu adalah istrinya terdahulu. Burung beo itu jatuh ke dalam air yang berisi tengkorak. Setelah itu pemburu melesatkan anak panah ke burung pemakan bangkai dan akhirnya mati juga, bangkainya jatuh ke dalam air berisi tengkorak.
            Datanglah kemudian utusan Yamaraja yang membawa mereka ke tempat kematian. Saat itu mereka sangat ketakutan mengingat kehidupan mereka sebelumnya. Berkatalah Yamaraja kepada mereka berdua. “’Kalian kini bebas dari segala dosa dan pergilah ke Vaikuntha.” Mendengar perkataan Yamaraja itu, Pinggala dan Aruna terkejut keheranan. Mereka lantas bertanya, ‘Bagaimana mungkin dua orang penuh dosa dapat pergi ke Vaikuntha?.”
            Yamaraja menjawab, ‘Di tepi sungai Gangga hiduplah penyembah Sri Visnu yang agung bernama Vata.’’ Ia sudah terbebas dari keduniawian dan hawa nafsu. Sehari-harinya diisi dengan melantunkan sloka-sloka  indah bab ke-lima. Karena sering melafalkan sloka-sloka bab ke-lima Bhagavad Gita tubuhnya pun benar-benar dimurnikan. Hanya kalian jatuh ke dalam air tengkorak penyembah itulah maka kalian dapat mencapai Vaikuntha. Inilah keagungan bab ke-lima dari Bhagavad Gita. Setiap orang yang mendengar bab ke-5 dari Bhagavad Gita bahkan mereka yang paling berdosapun akan mencapai Vaikuntha.
Dalam bab-lima Bhagavad Gita ini dijelaskan tentang Samnyasa Yoga. Dari ajaran-ajaran Bab V Bhagavad-gita ini dijelaskan bahwa yang paling penting bagi kita ini adalah mengendalikan semua indra kita, pikiran kita dan juga buddhi kita. Seseorang tanpa kendali tidak mungkin dapat menghayati ajaran Bhagavat Gita atau pun mencapai Yang Maha Esa. Ia boleh saja bermeditasi dengan aktif, boleh saja ia menguasai berbagai ajaran atau teori-teori dan teknik-teknik spiritual, tetapi kalau belum berhasil mengendalikan indra, keinginan, nafsu, pikiran dan buddhinya dengan baik maka sia-sia saja upayanya, bahkan dapat merusak atau menyesatkan dirinya. Tanpa penghayatan dan perbuatan nyata, maka sia-sia atau rusaklah orang semacam ini. Teori saja tidak perlu dalam peningkatan spiritual, yang paling penting adalah praktek atau usaha-usaha pengendalian hawa-nafsu kita secara sejati dan total, karena semua pengetahuan spiritual ini akan menjadi mentah sifatnya tanpa penghayatan yang tulus dan sejati, tanpa dedikasi dan disiplin yang penuh dengan tekad yang kuat. Semua ini butuh waktu dan tak dapat dicapai dalam sekejap mata, maka dari itu dibutuhkan kesabaran yang luar biasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar