Sabtu, 04 Januari 2014

Ajaran Punarbawa Samsara Merupakan Ajran Pembebasan Hidup Manusia. Punarbawa (Samsara)



Kata Punarbhawa berasal dari bahasa sanskerta, terdiri dari dua kata yaitu: kata punar yang berarti lagi, kembali/berulang-ulang dan bhava yang berati menjelma. Jadi, Punarbhawa berarti kelahiran yang berulang-ulang yang disebut juga dengan Penitisan atau Samsara. Di dalam pustaka suci weda dikatakan bahwa penjelmaan atma (roh) yang berulang ulang (samsriti) ke dunia ini disebut samsara. Punarbhawa atau samsara ini terjadi diakibatkan oleh adanya Hukum Karma, dimana karma yang jelek menyebabkan atma (roh) menjelma kembali untuk memperbaiki perbuatannya yang tidak baik, atau karena atma itu masih dipengaruhi oleh Karma Wesana (bekas-bekas atau sisa-sisa perbuatan)atau kenikmatan duniawi sehingga tertarik untuk lahir ke dunia kembali. Kelahiran ini adalah Samsara (sengsara) sebagai hukuman yang diakibatkan oleh perbuatan atau karma dikelahiran yang terdahulu. . Jangka pembebasan diri dari samsara, tergantung pada perbuatan baik kita yang lampau ( atita ) yang akan datang ( nagata ) dan sekarang ( wartamana ).
Punarbhawa berarti kelahiran yang berulang-ulang, yang disebut juga penitisan kembali (reinkarnasi) atau Samsara.  Di dalam Weda disebutkan bahwa "Penjelmaan jiwatman yang berulang-ulang di dunia ini atau didunia yang lebih tinggi disebut Samsara. Kelahiran yang berulang-ulang ini membawa akibat suka dan duka. Samsara atau Punarbhawa ini terjadi oleh karena Jiwatman masih dipengaruhi oleh kenikmatan, dan kematian akan diikuti oleh kelahiran".
Atman yang masih diselubungi oleh suksma sarira dan masih terikat oleh adanya kenikmatan duniawi, menyebabkan Atman itu awidya, sehingga Ia belum bisa kembali bersatu dengan sumbernya yaitu Brahman (Hyang Widhi). Hal ini menyebabkan atman itu selalu mengalami kelahiran secara berulang-ulang.
Segala bentuk prilaku atau perbuatan yang dilakukan pada masa kehidupan yang lampau menyebabkan adanya bekas (wasana) dalam jiwatman. Dan wasana (bekas-bekas perbuatan) ini ada bermacam-macam. Jika wasana itu hanya bekas-bekas keduniawian, maka jiwatman akan lebih cenderung dan gampang ditarik oleh hal-hal keduniawian sehingga atman itu lahir kembali. Karmabhumiriya brahman, phlabhumirasau mata iha yat kurate karma tat, paratrobhujyate. (S.S.7)
Sebab sebagai manusia sekarang ini adalah akibat baik dan buruknya karma itu juga akhirnya dinikmatilah karma phala itu. Artinya baik buruk perbuatan itu sekarang akhirnya terbukti hasilnya. Selesai menikmatinya, menjelmalah kembali ia, mengikuti sifat karma phala. Wasana berarti sangskara, sisa-sisa yang ada dari bau sesuatu yang tinggal bekas-bekasnya saja yang diikuti hukuman yaitu jatuh dari tingkatan sorga maupun dari kawah-kawah neraka, adapun perbuatan baik ataupun buruk yang dilakukan di akhirat, tidaklah ia berakibat sesuatu apapun, oleh karena yang sangat menentukan adalah perbuatan-perbuatan baik atau buruk yang dilakukan sekarang juga.
Karma dan Punarbhawa ini merupakan suatu proses yang terjalin erat satu sama lain. Secara singkat dapat dikatakan bahwa karma adalah perbuatan yang meliputi segala gerak, baik pikiran, perkataan maupun tingkah laku. Sedangkan punarbhawa adalah kesimpulan dari semua karma itu yang terwujud dalam penjelmaan tersebut. Setiap karma yang dilakukan atas dorongan acubha karma akan menimbulkan dosa dan Atman akan mengalami neraka serta dalam Punarbhawa yang akan datang akan mengalami penjelmaan dalam tingkat yang lebih rendah, sengsara, atau menderita dan bahkan dapat menjadi mahluk yang lebih rendah tingkatannya. Sebaliknya, setiap karma yang dilakukan berdasarkan cubhakarma akan mengakibatkan Atman (roh) menuju sorga dan jika menjelma kembali akan mengalami tingkat penjelmaan yang lebih sempurna atau lebih tinggi. Di dalam Weda (S.S.48) dinyatakan sebagai berikut:
"Adharmarucayo mandas, tiryaggatiparayanah, krocchram yonimanuprapya, na windanti sukham janah.
Adapun perbuatan orang yang bodoh, senantiasa tetap berlaku menyalahi dharma; setelah ia lepas dari neraka, menitislah ia menjadi binatang, seperti biri-biri, kerbau dan lain sebagainya; bila kelahirannya kemudian meningkat, ia menitis menjadi orang yang hina, sengsara, diombang-ambingkan kesedihan dan kemurungan hati, dan tidak mengalami kesenangan.
Sedangkan orang yang selalu berbuat baik (cubhakarma), Sarasmuccaya menyebutkan: "Adapun orang yang selalu melakukan karma baik (cubhakarma), ia dikemudian hari akan menjelma dari sorga, menjadi orang yang tampan (cantik), berguna, berkedudukan tinggi, kaya raya dan berderajat mulia. Itulah hasil yang didapatnya sebagai hasil (phala) dari perbuatan yang baik".
Kesimpulannya, dengan keyakinan dengan adanya Punarbhawa ini maka orang harus sadar, bahwa bagaimana kelahirannya tergantung dari karma wasananya. Kalau ia membawa karma yang baik, lahirlah ia menjadi orang berbahagia, berbadan sehat dan berhasil cita-citanya. Sebaliknya bila orang membawa karma yang buruk, ia akan lahir menjadi orang yang menderita. Oleh karena itu kelahiran kembali ini adalah kesempatan untuk memperbaiki diri untuk meningkat ke taraf yang lebih tinggi.
Iyam hi yonihprathama, yam prapya jagattpate atmanam cakyate tratum, karmabhih  cubhalaksanaih (S.S. 4) Menjelma menjadi manusia itu sungguh-sungguh utama; sebabnya demikian, karena ia dapat menolong dirinya sendiri dari keadaan sengsara (lahir dan mati berulang-ulang) dengan jalan berbuat baik; demikianlah keuntungannya dapat menjelma menjadi manusia.
Sopanabhutam Swargasya, manusyam prapya durlabham, tathamanam samadyad, dhwamsetana purna yatha. (S.S. 6) Kesimpulannya, pergunakanlah dengan sebaik-baiknya kesempatan menjelma menjadi manusia ini, kesempatan yang sungguh sulit diperoleh, yang merupakan tangga untuk pergi ke sorga; segala sesuatu yang menyebabkan agar tidak jatuh lagi, itulah hendaknya dilakukan.
Diantara semua mahluk hidup yang ada didunia ini, manusia adalah mahluk yang utama. Ia dapat berbuat baik maupun buruk, serta dapat melebur perbuatannya yang buruk dengan perbuatan yang baik. Oleh karena itu seseorang sepatutnya bersyukur dan berbesar hati lahir sebagai manusia. Karena sungguh tidaklah mudah untuk dapat dilahirkan menjadi manusia sekalipun manusia hina.
Penyebab Terjadinya Punarbhava.
Punarbhava itu sesungguhnya adalah penderitan yang akan dirasakan oleh setiap mahluk di dunia ini, tetapi di sisi lain punarbhava itu juga merupakan sebagai kesempatan untuk melakukan karma yang baik, adanya punarbhava menurut ajaran agama Hindu disebabkan adanya karmawasana. Karmawasana muncul dari perbuatan manusia, yang di pergunakan sebagai pedoman benar atau salah itu dalam ajaran agama Hindu adalah sabda Tuhan dalam kitab suci. Karma pada masa lampau akan membuat wasana atau bekas pada atman, sehingga dengan demikian muculah punarbhava. Lamanya Punarbhava itu di tentukan banyak sedikitnya wasana yang ada pada atman, bila dilihat dari segi filosofis karma dan Punarbhava itu kedua-duanya adalah suatu proses yang terjalin erat satu dengan yang lain.
Setiap karma yang dilakukan oleh seseorang di dorong oleh pikiran, indria dan nafsu yang tidak sesuai dengan garis kebenaran yang diajarkan oleh agama. Akibat yang ditimbulkan adalah dosa yang harus ditanggung oleh atman maka itu atman lahir kembali (punarbhava) yang semua disebabkan oleh karma itu sendiri. Dalam kehidupan di dunia ini sesungguhnys yang sangat banyak perbuatan yang di liputi oleh sad ripu, sad atatayi, dan sapta timira, akan membawa seseorang dalam penderitan, untuk dapat menghilangkan penyebab Punarbhava itu hendaklah seseorang dapat melenyapkan penyebab penderitan itu sendiri dengan jalan selalu berusaha mawas diri kearah yang benar.
Adapun tangga yang patut ditempuh untuk dapat membebaskan diri dari hukum punarbhava itu adalah kesusilan, dana punya, budi luhur, pengabdian yang suci dan kebajikan itu sendiri. Memang kita sulit membebas diri dari hukum punarbhava kecuali kita bisa melakukan hal-hal yang berdasarkan ajaran agama seperti yang dilakukan orang-orang suci seperti maharsi, itu pun hanya sebagian orang-orang suci yang bisa melakukan, karena masih banyak terikat oleh keduniawian.  Dalam kehidupan sehari-hari maupun lingkungan bermasyarakat dapat kita lihat dan kita rasakan, penyebab terjadinya punarbhawa atau kelahiran kembali seperti: Adanya perbedaan kondisi kehidupan manusia di dunia seperti kaya-miskin, bahagia-sengsara, tanpan-cacat, dan sebagainya,walaupun Tuhan / Brahman diyakini bahwa maha adil, pengasih dan penyayang.
Sebab terjadinya Punarbhawa seperti, ingin memperbaiki diri menuju kesempurnaan agar roh dapat mencapai Moksa. Mengenai kebenaran adanya punarbhawa, kitab suci memberikan kesaksian sebagai berikut :
Bahūni me vyatītāni janmāni tava cārjuna veda sarvāni Tāny aham vettha parantapa. na tvam  (Bh. Gita : IV.5)
Artinya  : Banyak kelahirian (kehidupan yang telah kujalani dan demikian pula engkau,
O Arjuna, semua itu Aku ketahui, tetapi engkau tidak dapat mengetahuinya.

Proses Terjadinya Punarbha
wa
Terjadinya punarbhava diakibatkan manusia di dunia ini masih melakukan hal-hal yang tidak baik, selalu mencapai atau mencari yang diinginkan melalui cara yang tidak baik, seperti KKN, mencuri milik orang lain, dll. Dikarenakan manusia di dunia ini masih diliputi oleh sad ripu, sad atatayi, sarta timira, makanya punarbhava itu selalu ada dalam diri manusia, akibat perbuatan yang dilakukannya tidak sesuai dengan ajaran agama. Selain itu juga selama isi bumi masih ada maka proses terjadinya punarbhawa akan tetap ada. Jadi proses terjadinya Punarbhawa, Setelah roh selesai menikmati hasil perbuatan di alam Roh atau Bwah Loka, melahirkan kembali roh tersebut. Kelahiran tersebut seseui dengan hasil perbuatannya. Jikalau roh disertai dengan hasil perbuatan baik, maka akan lahir Sorga yang disebut Swarga Syuta dan menjadi mahluk utama.
 Kelahiran atma yang berulang ulang ke dunia ini membawa akibat suka duka. Didalam kitab suci bhagawangita Bab IV. 5 Sri Krsna bersabda:  
Sribhagavan uvaca :                                                                                                               Bahuni me vyatitani janmani tava carjuna                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                Tany aham veda sarvani na twam vettha parantapa
Artinya                                                                                                                                                                                                  Sri Bhagawan berkata :                                                                                                                  Banyak kelahiran-Ku di masa lalu demikian dan pula kelahiranmu,                                                        Arjuna;                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                              Semuanya ini aku tahu tetapi engkau sendiri tidak, parantapa. 
Setiap karma yang dilakukan atas dorongan indria dan kenafsuan adalah Asubha Karma karena akibatnya akan menimbulkan dosa, dan atma akan mengalami Neraka serta selanjutnya akan mengalami punarbhawa dalam tingkat yang lebih rendah. Demikian pula sebaliknya bahwa karma yang dilakukan atas dasar Buddhi Sattvam adalah Buddhi Dharma (Subha Karma) yang menyebabkan atma akan mendapat surga dan jika menjelma kembali akan mengalami tingkat penjelmaan yang sempurna dan lebih tinggi. Atma yang menjelma dari surga akan menjelma menjadi manusia yang hidup bahagia didunia dan kebahagiaan ini akan dirasakan dalam penjelmaan yang akan datang yang disebut Surga syuta.Sedangkan atma yang menjelma dari Neraka akan menjadi makhluk yang nista, mengalami banyak penderitaan dalam hidup di dunia. Penjelmaan dalam penderitaan ini disebut kelahiran Neraka Syuta. Jadi dengan demikian tingkat dan keadaan penjelmaan itu berbeda-beda tergantung dari jenis Subha dan Asubha Karma yang diperbuatnya.
 Pembebasan dari samsara berarti mencapai penyempurnaan atma dan mencapai moksa yang dapat dicapai di dunia ini juga. Selanjutnya keyakinan adanya Punarbhawa ini akan menimbulkan tindakan sebagai berikut :
- Pitra Yadnya Yaitu memberikan korban suci terhadap leluhur kita, karena kita percaya leluhur itu masih hidup di dunia ini yang lebih halus.
- Pelaksanaan dana Punya ( amal saleh ), karena perbuatan ini membawa kebahagiaan setelah meninggal.
- Berusaha menghindari semua perbuatan buruk karena jika tidak, akan membawa ke alam neraka atau menglami kehidupan yang lebih buruk lagi. Pengalaman Hidup yang merupakan bukti dari adanya Punarbhawa tersebut, bisa dilihat pada Lampiran halaman terakhir.
Oleh karena itu ajaran Punarbawa samsara dikatakan sebagai ajaran pembebasan diri manusia (moksa).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar