Kata Punarbhawa berasal dari bahasa sanskerta, terdiri dari dua kata
yaitu: kata punar yang berarti lagi,
kembali/berulang-ulang dan bhava yang
berati menjelma. Jadi, Punarbhawa berarti kelahiran yang berulang-ulang yang
disebut juga dengan Penitisan atau
Samsara. Di dalam pustaka suci weda dikatakan bahwa penjelmaan atma (roh)
yang berulang ulang (samsriti) ke
dunia ini disebut samsara. Punarbhawa
atau samsara ini terjadi diakibatkan oleh adanya Hukum Karma, dimana karma yang
jelek menyebabkan atma (roh) menjelma kembali untuk memperbaiki perbuatannya
yang tidak baik, atau karena atma itu masih dipengaruhi oleh Karma Wesana
(bekas-bekas atau sisa-sisa perbuatan)atau kenikmatan duniawi sehingga tertarik
untuk lahir ke dunia kembali. Kelahiran ini adalah Samsara (sengsara) sebagai
hukuman yang diakibatkan oleh perbuatan atau karma dikelahiran yang terdahulu.
. Jangka pembebasan diri dari samsara, tergantung pada perbuatan baik kita yang
lampau ( atita ) yang akan datang ( nagata ) dan sekarang ( wartamana ).
Punarbhawa berarti kelahiran yang berulang-ulang, yang disebut juga
penitisan kembali (reinkarnasi) atau Samsara. Di dalam Weda disebutkan
bahwa "Penjelmaan jiwatman yang berulang-ulang di dunia ini atau didunia
yang lebih tinggi disebut Samsara. Kelahiran yang berulang-ulang ini membawa
akibat suka dan duka. Samsara atau Punarbhawa ini terjadi oleh karena Jiwatman
masih dipengaruhi oleh kenikmatan, dan kematian akan diikuti oleh
kelahiran".
Atman yang masih diselubungi oleh suksma sarira dan masih terikat oleh
adanya kenikmatan duniawi, menyebabkan Atman itu awidya, sehingga Ia belum bisa
kembali bersatu dengan sumbernya yaitu Brahman (Hyang Widhi). Hal ini
menyebabkan atman itu selalu mengalami kelahiran secara berulang-ulang.
Segala bentuk prilaku atau perbuatan yang dilakukan pada masa kehidupan
yang lampau menyebabkan adanya bekas (wasana) dalam jiwatman. Dan wasana
(bekas-bekas perbuatan) ini ada bermacam-macam. Jika wasana itu hanya
bekas-bekas keduniawian, maka jiwatman akan lebih cenderung dan gampang ditarik
oleh hal-hal keduniawian sehingga atman itu lahir kembali. Karmabhumiriya
brahman,
phlabhumirasau
mata iha yat kurate
karma tat,
paratrobhujyate.
(S.S.7)
Sebab sebagai manusia sekarang ini adalah akibat baik dan buruknya karma
itu juga akhirnya dinikmatilah karma phala itu. Artinya baik buruk perbuatan
itu sekarang akhirnya terbukti hasilnya. Selesai menikmatinya, menjelmalah
kembali ia, mengikuti sifat karma phala. Wasana berarti sangskara, sisa-sisa
yang ada dari bau sesuatu yang tinggal bekas-bekasnya saja yang diikuti hukuman
yaitu jatuh dari tingkatan sorga maupun dari kawah-kawah neraka, adapun
perbuatan baik ataupun buruk yang dilakukan di akhirat, tidaklah ia berakibat
sesuatu apapun, oleh karena yang sangat menentukan adalah perbuatan-perbuatan
baik atau buruk yang dilakukan sekarang juga.
Karma dan Punarbhawa ini merupakan suatu proses yang terjalin erat satu
sama lain. Secara singkat dapat dikatakan bahwa karma adalah perbuatan yang
meliputi segala gerak, baik pikiran, perkataan maupun tingkah laku. Sedangkan
punarbhawa adalah kesimpulan dari semua karma itu yang terwujud dalam
penjelmaan tersebut. Setiap karma yang dilakukan atas dorongan acubha karma
akan menimbulkan dosa dan Atman akan mengalami neraka serta dalam Punarbhawa
yang akan datang akan mengalami penjelmaan dalam tingkat yang lebih rendah,
sengsara, atau menderita dan bahkan dapat menjadi mahluk yang lebih rendah
tingkatannya. Sebaliknya, setiap karma yang dilakukan berdasarkan cubhakarma
akan mengakibatkan Atman (roh) menuju sorga dan jika menjelma kembali akan
mengalami tingkat penjelmaan yang lebih sempurna atau lebih tinggi. Di dalam
Weda (S.S.48) dinyatakan sebagai berikut:
"Adharmarucayo
mandas,
tiryaggatiparayanah, krocchram
yonimanuprapya,
na windanti
sukham janah”.
Adapun perbuatan orang yang bodoh, senantiasa tetap berlaku menyalahi
dharma; setelah ia lepas dari neraka, menitislah ia menjadi binatang, seperti
biri-biri, kerbau dan lain sebagainya; bila kelahirannya kemudian meningkat, ia
menitis menjadi orang yang hina, sengsara, diombang-ambingkan kesedihan dan
kemurungan hati, dan tidak mengalami kesenangan.
Sedangkan orang yang selalu berbuat baik (cubhakarma), Sarasmuccaya
menyebutkan: "Adapun orang yang selalu melakukan karma baik (cubhakarma),
ia dikemudian hari akan menjelma dari sorga, menjadi orang yang tampan
(cantik), berguna, berkedudukan tinggi, kaya raya dan berderajat mulia. Itulah
hasil yang didapatnya sebagai hasil (phala) dari perbuatan yang baik".
Kesimpulannya, dengan keyakinan dengan adanya Punarbhawa ini maka orang
harus sadar, bahwa bagaimana kelahirannya tergantung dari karma wasananya.
Kalau ia membawa karma yang baik, lahirlah ia menjadi orang berbahagia,
berbadan sehat dan berhasil cita-citanya. Sebaliknya bila orang membawa karma
yang buruk, ia akan lahir menjadi orang yang menderita. Oleh karena itu
kelahiran kembali ini adalah kesempatan untuk memperbaiki diri untuk meningkat ke
taraf yang lebih tinggi.
Iyam hi
yonihprathama,
yam prapya jagattpate atmanam cakyate
tratum,
karmabhih
cubhalaksanaih (S.S. 4)
Menjelma
menjadi manusia itu sungguh-sungguh utama; sebabnya demikian, karena ia dapat
menolong dirinya sendiri dari keadaan sengsara (lahir dan mati berulang-ulang)
dengan jalan berbuat baik; demikianlah keuntungannya dapat menjelma menjadi
manusia.
Sopanabhutam
Swargasya,
manusyam prapya
durlabham,
tathamanam samadyad, dhwamsetana
purna yatha.
(S.S. 6) Kesimpulannya,
pergunakanlah dengan sebaik-baiknya kesempatan menjelma menjadi manusia ini,
kesempatan yang sungguh sulit diperoleh, yang merupakan tangga untuk pergi ke
sorga; segala sesuatu yang menyebabkan agar tidak jatuh lagi, itulah hendaknya
dilakukan.
Diantara semua mahluk hidup yang ada didunia ini, manusia adalah mahluk
yang utama. Ia dapat berbuat baik maupun buruk, serta dapat melebur
perbuatannya yang buruk dengan perbuatan yang baik. Oleh karena itu seseorang
sepatutnya bersyukur dan berbesar hati lahir sebagai manusia. Karena sungguh
tidaklah mudah untuk dapat dilahirkan menjadi manusia sekalipun manusia hina.
Penyebab Terjadinya Punarbhava.
Punarbhava itu
sesungguhnya adalah penderitan yang akan dirasakan oleh setiap mahluk di dunia
ini, tetapi di sisi lain punarbhava itu juga merupakan sebagai kesempatan untuk
melakukan karma yang baik, adanya punarbhava menurut ajaran agama Hindu
disebabkan adanya karmawasana. Karmawasana muncul dari perbuatan manusia, yang
di pergunakan sebagai pedoman benar atau salah itu dalam ajaran agama Hindu
adalah sabda Tuhan dalam kitab suci. Karma pada masa lampau akan membuat wasana
atau bekas pada atman, sehingga dengan demikian muculah punarbhava. Lamanya
Punarbhava itu di tentukan banyak sedikitnya wasana yang ada pada atman, bila
dilihat dari segi filosofis karma dan Punarbhava itu kedua-duanya adalah suatu
proses yang terjalin erat satu dengan yang lain.
Setiap karma yang dilakukan oleh seseorang di dorong oleh pikiran, indria
dan nafsu yang tidak sesuai dengan garis kebenaran yang diajarkan oleh agama.
Akibat yang ditimbulkan adalah dosa yang harus ditanggung oleh atman maka itu
atman lahir kembali (punarbhava) yang semua disebabkan oleh karma itu sendiri.
Dalam kehidupan di dunia ini sesungguhnys yang sangat banyak perbuatan yang di
liputi oleh sad ripu, sad atatayi, dan sapta timira, akan membawa seseorang
dalam penderitan, untuk dapat menghilangkan penyebab Punarbhava itu hendaklah
seseorang dapat melenyapkan penyebab penderitan itu sendiri dengan jalan selalu
berusaha mawas diri kearah yang benar.
Adapun tangga yang patut ditempuh untuk dapat membebaskan diri dari hukum
punarbhava itu adalah kesusilan, dana punya, budi luhur, pengabdian yang suci
dan kebajikan itu sendiri. Memang kita sulit membebas diri dari hukum
punarbhava kecuali kita bisa melakukan hal-hal yang berdasarkan ajaran agama
seperti yang dilakukan orang-orang suci seperti maharsi, itu pun hanya sebagian
orang-orang suci yang bisa melakukan, karena masih banyak terikat oleh
keduniawian. Dalam kehidupan sehari-hari maupun
lingkungan bermasyarakat dapat kita lihat dan kita rasakan, penyebab terjadinya
punarbhawa atau kelahiran kembali seperti: Adanya perbedaan kondisi kehidupan
manusia di dunia seperti kaya-miskin, bahagia-sengsara, tanpan-cacat, dan
sebagainya,walaupun Tuhan / Brahman diyakini bahwa maha adil, pengasih dan
penyayang.
Sebab terjadinya Punarbhawa seperti, ingin memperbaiki diri menuju
kesempurnaan agar roh dapat mencapai Moksa. Mengenai kebenaran adanya
punarbhawa, kitab suci memberikan kesaksian sebagai berikut :
Bahūni me vyatītāni janmāni tava cārjuna veda sarvāni
Tāny aham
vettha parantapa.
na tvam (Bh. Gita : IV.5)
Artinya : Banyak kelahirian (kehidupan yang telah kujalani dan
demikian pula engkau,
O Arjuna, semua itu Aku ketahui, tetapi engkau tidak dapat mengetahuinya.
Proses Terjadinya Punarbhawa
O Arjuna, semua itu Aku ketahui, tetapi engkau tidak dapat mengetahuinya.
Proses Terjadinya Punarbhawa
Terjadinya punarbhava diakibatkan manusia di dunia ini masih melakukan
hal-hal yang tidak baik, selalu mencapai atau mencari yang diinginkan melalui
cara yang tidak baik, seperti KKN, mencuri milik orang lain, dll. Dikarenakan
manusia di dunia ini masih diliputi oleh sad ripu, sad atatayi, sarta timira,
makanya punarbhava itu selalu ada dalam diri manusia, akibat perbuatan yang
dilakukannya tidak sesuai dengan ajaran agama. Selain itu juga selama isi bumi
masih ada maka proses terjadinya punarbhawa akan tetap ada. Jadi proses
terjadinya Punarbhawa, Setelah roh selesai menikmati hasil perbuatan di alam
Roh atau Bwah Loka, melahirkan kembali roh tersebut. Kelahiran tersebut seseui
dengan hasil perbuatannya. Jikalau roh disertai dengan hasil perbuatan baik,
maka akan lahir Sorga yang disebut Swarga Syuta dan menjadi mahluk utama.
Kelahiran atma yang berulang ulang ke dunia
ini membawa akibat suka duka. Didalam kitab suci bhagawangita Bab IV. 5 Sri
Krsna bersabda:
Sribhagavan
uvaca :
Bahuni
me vyatitani janmani tava carjuna
Tany aham veda sarvani na twam vettha
parantapa
Artinya
Sri
Bhagawan berkata :
Banyak
kelahiran-Ku di masa lalu demikian dan pula kelahiranmu,
Arjuna;
Semuanya ini aku
tahu tetapi engkau sendiri tidak, parantapa.
Setiap karma yang dilakukan atas
dorongan indria dan kenafsuan adalah Asubha
Karma karena akibatnya akan menimbulkan dosa, dan atma akan mengalami Neraka
serta selanjutnya akan mengalami punarbhawa dalam tingkat yang lebih rendah.
Demikian pula sebaliknya bahwa karma yang dilakukan atas dasar Buddhi Sattvam adalah Buddhi Dharma (Subha Karma) yang
menyebabkan atma akan mendapat surga dan jika menjelma kembali akan mengalami
tingkat penjelmaan yang sempurna dan lebih tinggi. Atma yang menjelma dari
surga akan menjelma menjadi manusia yang hidup bahagia didunia dan kebahagiaan
ini akan dirasakan dalam penjelmaan yang akan datang yang disebut Surga syuta.Sedangkan atma yang menjelma
dari Neraka akan menjadi makhluk yang nista, mengalami banyak penderitaan dalam
hidup di dunia. Penjelmaan dalam penderitaan ini disebut kelahiran Neraka Syuta. Jadi dengan demikian
tingkat dan keadaan penjelmaan itu berbeda-beda tergantung dari jenis Subha dan
Asubha Karma yang diperbuatnya.
Pembebasan dari samsara berarti
mencapai penyempurnaan atma dan mencapai moksa yang dapat dicapai di dunia ini
juga. Selanjutnya keyakinan adanya Punarbhawa ini akan menimbulkan tindakan sebagai
berikut :
- Pitra Yadnya Yaitu memberikan
korban suci terhadap leluhur kita, karena kita percaya leluhur itu masih hidup
di dunia ini yang lebih halus.
- Pelaksanaan dana Punya ( amal
saleh ), karena perbuatan ini membawa kebahagiaan setelah meninggal.
- Berusaha menghindari semua
perbuatan buruk karena jika tidak, akan membawa ke alam neraka atau menglami
kehidupan yang lebih buruk lagi. Pengalaman Hidup yang merupakan bukti dari
adanya Punarbhawa tersebut, bisa dilihat pada Lampiran halaman terakhir.
Oleh
karena itu ajaran Punarbawa samsara dikatakan sebagai ajaran pembebasan diri
manusia (moksa).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar